Kring..Kring..
suara becak yang menghampiri sembari menawarkan jasanya kepada beberapa anak
sekolah yang baru saja keluar kelas. Nampak beberapa anak tak canggung langsung
naik becak yang memang sudah menjadi langganan mereka. Ya system berlangganan
juga beraku untuk tukang becak disini. Dari semua tukang becak yang setia
menanti penumpangnya ada satu tukang becak yang menarik perhatian saya dialah
Bapak tukang becak berkaki satu. Si bapak yang sejak tadi nampak tak lelah memasang
senyum diwajahnya sambil terus menawarkan jasanya kepada para anak-anak dan
orang tua murid yang ada. Meskipun saya
perhatikan penumpang yang ditawari
jasanya beberapa kali menolak dan tak mau naik becaknya, entah karena merasa
iba atau mungkin ragu dengan kemampuan si Bapak mengayuh becak dengan kaki
satu.
Tak
lama kemudian seorang anak perempuan menghampiri sambil berkata “Pak Becak ?”
Dengan
sigap si Bapak langsung menjawab “iya nak, Mau kemana ?”
Setelah
memberi tahu tujuan dan harga yang disepakati besama, si Bapak langsung
mengayuh becaknya, ya mengayuh becak dengan satu kakinya dan mengantarkan si
Anak ketempat tujuannya.
Ah..
Hebat juga si Bapak tukang becak itu pikirku dalam hati, mungkin ini yang
disebut jangan menilai buku dari sampulnya saja.
Beberapa
hari setelah itu seorang teman kantor merayakan ulang tahun anaknya yang ke-3.
Katanya dia ingin merayakan dan berbagi kebahagiaan itu dengan cara berbagi
dengan orang-orang yang membutuhkan. Sepulang dari kantor saya membantu dia dan
keluarga kecilnya menyiapkan beberapa kotak makanan untuk dibagikan kepada
orang-orang di jalanan.
Bukan
hal mudah juga membagikan sekotak makanan kepada orang-orang yang tidak kita
kenal dijalanan, beberapa diantaranya bahkan
menolak padahal diberikan secara gratis, entah mungkin karena gengsi yang
terlalu tinggi atau karena takut diracun haha…
Singkat
cerita hanya tersisa 3 kotak makanan didalam mobil yang kami bawa dan kami
memutuskan untuk pulang saja. Dalam perjalanan pulang itulah saya bertemu lagi
dengan si Bapak Tukang Becak berkaki satu, Si bapak Nampak sedang mengumpulkan
botol bekas minuman dalam becaknya. Kami pun berencana memberikan makanan yang
kami bawa kepada Si bapak itu.
Namun
ketika ditawari makanan tersebut si Bapak menolak dengan berkata “ Maaf Nak
bapak bukan pengemis”.
Tapi
setelah kami menjelaskan apa tujuan dan maksud dari pembagian makanan itu si
Bapak akhirnya mau menerimanya. Si Bapak kemudian mendekatiku yang kebetulan
menggendong si Anak yang berulang Tahun. Si Bapak mengucapkan selamat ulang
tahun, menyisipkan doa, dan ucapan terima kasih seraya mengusap kepala Si Anak.
Kamipun
berpamitan, dalam perjalanan pulang saya sempat memikirkan si Bapak tukang
Becak itu, Memikirkan tentang perjuangannya, tentang sikapnya dalam menghadapi
hidup.
Jika
si Bapak yang tidak sempurna secara fisik saja mampu berdiri tegar menjalani
hidupnya, Apakah kita yang sempurna secara fisik akan terus mengeluh tentang
kehidupan yang kita jalani ? Saya rasa jawabannya adalah “Tidak”
0 komentar:
Post a Comment