08:15
0
Kring..Kring.. suara becak yang menghampiri sembari menawarkan jasanya kepada beberapa anak sekolah yang baru saja keluar kelas. Nampak beberapa anak tak canggung langsung naik becak yang memang sudah menjadi langganan mereka. Ya system berlangganan juga beraku untuk tukang becak disini. Dari semua tukang becak yang setia menanti penumpangnya ada satu tukang becak yang menarik perhatian saya dialah Bapak tukang becak berkaki satu. Si bapak yang sejak tadi nampak tak lelah memasang senyum diwajahnya sambil terus menawarkan jasanya kepada para anak-anak dan orang tua murid yang ada.  Meskipun saya perhatikan  penumpang yang ditawari jasanya beberapa kali menolak dan tak mau naik becaknya, entah karena merasa iba atau mungkin ragu dengan kemampuan si Bapak mengayuh becak dengan kaki satu.

Tak lama kemudian seorang anak perempuan menghampiri sambil berkata “Pak Becak ?”

Dengan sigap si Bapak langsung menjawab “iya nak, Mau kemana ?”

Setelah memberi tahu tujuan dan harga yang disepakati besama, si Bapak langsung mengayuh becaknya, ya mengayuh becak dengan satu kakinya dan mengantarkan si Anak ketempat tujuannya.

Ah.. Hebat juga si Bapak tukang becak itu pikirku dalam hati, mungkin ini yang disebut jangan menilai buku dari sampulnya saja.

Beberapa hari setelah itu seorang teman kantor merayakan ulang tahun anaknya yang ke-3. Katanya dia ingin merayakan dan berbagi kebahagiaan itu dengan cara berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. Sepulang dari kantor saya membantu dia dan keluarga kecilnya menyiapkan beberapa kotak makanan untuk dibagikan kepada orang-orang di jalanan.

Bukan hal mudah juga membagikan sekotak makanan kepada orang-orang yang tidak kita kenal  dijalanan, beberapa diantaranya bahkan menolak padahal diberikan secara gratis, entah mungkin karena gengsi yang terlalu tinggi atau karena takut diracun haha…

Singkat cerita hanya tersisa 3 kotak makanan didalam mobil yang kami bawa dan kami memutuskan untuk pulang saja. Dalam perjalanan pulang itulah saya bertemu lagi dengan si Bapak Tukang Becak berkaki satu, Si bapak Nampak sedang mengumpulkan botol bekas minuman dalam becaknya. Kami pun berencana memberikan makanan yang kami bawa kepada Si bapak itu.

Namun ketika ditawari makanan tersebut si Bapak menolak dengan berkata “ Maaf Nak bapak bukan pengemis”.

Tapi setelah kami menjelaskan apa tujuan dan maksud dari pembagian makanan itu si Bapak akhirnya mau menerimanya. Si Bapak kemudian mendekatiku yang kebetulan menggendong si Anak yang berulang Tahun. Si Bapak mengucapkan selamat ulang tahun, menyisipkan doa, dan ucapan terima kasih seraya mengusap kepala Si Anak.
Kamipun berpamitan, dalam perjalanan pulang saya sempat memikirkan si Bapak tukang Becak itu, Memikirkan tentang perjuangannya, tentang sikapnya dalam menghadapi hidup.


Jika si Bapak yang tidak sempurna secara fisik saja mampu berdiri tegar menjalani hidupnya, Apakah kita yang sempurna secara fisik akan terus mengeluh tentang kehidupan yang kita jalani ? Saya rasa jawabannya adalah “Tidak”

0 komentar:

Post a Comment